April 24, 2019

Hari ini kami ada jadwal untuk berkunjung ke KBRI di London tapi ternyata ditunda besok. Kalimat pembuka yang nggak penting sih hehe. Meeting point kami pertama adalah di Westminster Abbey. Harusnya dari sana bisa ngeliat Big Ben, tapi sayangnya lagi direnovasi :’) mungkin artinya harus ke London lagi hehehe. Di sana ada London Eye juga, bianglala gitu lah kalau di Batu hahaha. Dari sana kita bisa ngeliat pemandangan luas kota London dengan ketinggian 135 meter. London Eye berputar di atas Thames River. Untuk bisa masuk ke sana kita harus bayar kurang lebih Rp 500rb rupiah lah. Kami mah cukup foto di depannya hehe. Rame pisan di sana, dan anginnya kenceng banget. Mau foto rambut terbang mulu.
Westminster Abbey merupakan salah satu tempat yang banyak menyimpan sejarah, mulai dari penobatan Raja dan Ratu Inggris dari jaman dulu kala hingga tempat Pangeran William mempersunting Kate Middleton (yg kayaknya akhir-akhir ini digosipin ada perselingkuhan di antara mereka ehehe). Banyak gereja bagus di sana, gereja tua tapi masih tetap dijaga keutuhannya. Terus kami jalan ke National Gallery tepatnya di depan Trafalgar Square, semacam museum gitu. Belajar dari hari kedua dimana kami jalan-jalan tanpa perbekalan, hari ini kami memutuskan membawa bekal. Indomie goreng ala anak SD hahaha. Itu cukup menghemat budget juga loh selama di London, karena sekali jajan bisa 3-4 poundsterling dan itu setara dengan 80 rb :”) Kami yang bakal sebulan di sini memilih untuk tidak menghambur-hamburkan uang di awal kedatangan hahaha.

Setelah dari sana kami lanjut jalan ke Buckingham Palace, kediaman ratu Inggris. Dengan penjagaan yang khas oleh “Changing Guard” , membuat tempat ini selalu ramai wisatawan yang ingin melihat-lihat ataupun mengambil foto. Arah engelewatin ada taman bagus, kalau ga salah namanya St. James Park. Di sini tamannya bagus-bagus sih emang. Rumputnya seger pisan, sumpah asli enak buat piknik. Cuman udaranya rada nggak mendukung bagi kami yang bukan warga lokal. Sampai di Buckingham Palace, lengkaplah sudah CCE 57 berdelapan orang. Kami beda rumah dan baru kali ini jalan bareng. Setelah dari sana kami langsung pulang sih, karena nggak kerasa jam uda malam walaupun langit masih terang benderang. Kebetulan geng rumah Kent mau mampir ke rumah, jadi kita mau masak-masak juga sekalian menjamu mereka.

Ini dia cerita lucu hari ini hehehe. Selama ini yang menjadi navigator adalah Rashid kalau nggak Ilman. Aku sesekali ngecek map juga sih, tp tetep decision maker nya mereka. Si Dicky juga sama sekali ngga pegang map. Aku dan Dicky turun duluan ke supermarket yang nggak jauh dari rumah buat beli ayam. Yang lainnya duluan menuju rumah. Ketika uda beres belanja, naiklah bus 171 aku dan Dicky. Di citymapper itu uda bner banget. Citymapper adalah aplikasi yg memudahkan kita untuk mencari transportasi umum dan rute-rute yang dilewati. Cuma emang agak susah dipahami sih kalau belum terbiasa. Ketika sudah naik bus, tiba-tiba kami diturunin di tengah jalan karena katanya itu pemberhentian terakhir. Turunlah kami, lalu ngecek map. kemana kami harus pulang. 550 m jalan kaki ke arah rumah. Tapi sumpah dingin pisan hari itu. Mana aku dan Dicky cuma pake setelan biasa yang mana tadinya mau ke KBRI taunya pending. Jadi kami memilih untuk menunggu bus selanjutnya. Singkat cerita, bus yang kami naiki arahnya semakin jauh dari rumah. Mulai panik wkwkw masalahnya kita kedinginan dan kebelet pipis. Udah itu aja. Terus kita turun lagi deh akhirnya dan meemutuskan nelpon Rashid untuk dipandu dari sana. Hahahaha. Dan ternyata aku baru sadar dong, naik bus nggak cuma dibaca angkanya aja, tapi juga ada namanya, semacam jurusan mau kemana gitu kalau di Indo. Kita pulang seharusnya cuma butuh waktu kurang dari 5 menit jadi menghabiskan kurang lebih 30 menit lagi di jalan :’) Tapi ngga papa dengan nyasar gini jadi ada pengalaman dan lebih tau tentang citymapper. Bener-bener harus tau isinya citymapper gimana aja fiturnya. Sebenernya uda memudahkan banget. Ada banyak pilihan transport buat kita terus berapa menit bus/tube itu datang, berapa lama perjalanan kita, macet atau enggak, ada perbaikan jalan atau demo kah, berapa station lagi yang harus dilewatin sebelum sampai ke tujuan, dan banyak lagi. Dan untuk waktu, durasi, semuanya bener-bener tepat waktu, sesuai dengan di jalan. Nah tinggal manusianya harus smart juga menggunakan aplikasi di smartphone ini. Oiya buat nambahin apa aja yang harus diinstal, perlu juga instal TFL (Transposrt for London), buat ngecek Oyster Card kita saldonya tinggal berapa, tadi kita kemana aja, semua bakal bisa dilihat dari sana. Jadi seandainya nyasar lagi, bisa tau juga kira-kira kehabisan saldo nggak ya wkwkw kan ga lucu kalau semakin ngga bisa pulang.
Malam ini ditutup dengan sop hangat buatan Dicky. Wkwkw sumpah enak pisan dingin-dingin gini makan yang panas berkuah. Makanya setelah makan langsung tepar dan tulisan ini jadi baru dibuat. Terimakasih Dicky sudah jadi chef di rumah Aitken 🙂