Ini postingan dadakan dan wajib upload malam ini juga (jadinya pagi dikarenakan tepar semalam). Sekali lagi, ketinggalan momen itu nggak enak. Dan lucunya, akan aku bahas di bawah ini.

Aku pulang ke Malang secara mendadak karena sesuatu hal. Kebetulan selama kepulanganku, ada sisa-sisa acara Festival Literasi gitu namanya “patjar merah”. Di Malang, temen yang sefrekuensi sama aku dalam dunia literasi ya Rimi. Dari jauh-jauh hari pun aku sudah berangan-angan, “Ah coba di rumah, pasti ke sana sama Rimi.” Dan singkatnya pun dua hari ini aku ke sana sama dia. 3-4 Agustus 2019.

Singkat cerita, pulang festival kami mampir ke Art Semeru. Niatnya mau senja-senjaan gitu di rooftop sambil menikmati susu panas. Karena mendengar senja saja sudah cukup muak, jadi jangan ditambah dengan kopi. Berhubung udara Malang seakan menertawakan mereka yang butuh pelukan, akhirnya kami memilih duduk saja di bangku dalam gedung.

Setelah memesan menu dan tak lupa kami habiskan, terjadilah transaksi pembayaran. (harus itu, jangan ngutang biar nggak dimarahi bosnya). Masing-masing merasa berkewajiban untuk membayar menu yang dimakan. Tapi Rimi memutuskan sepihak untuk menanggung semua kewajiban kami. Dengan kata lain dibayari.

Kami menolak. Kasian Eto (kucingnya), siapa tau nanti jatah makannya dipotong. Proses terima-tolak pembayaran ke Rimi tidak berlangsung cukup alot. Karena Rimi langsung menodong dengan kalimat, “Tak traktir, aku ulang tahun”. Aku pun menjawab, “Ulang tahun telek a”.

Asli! Nggak sampek 2 detik, 1 detik nyampek nggak ya (?). Aku langsung memukul ringan Rimi sambil berkata, “Ya Allah iyo kan Agustus, awakmu ulang tahun.” Aku langsung ketawa, setelah nggak percaya dia ulang tahun, mendadak sadar dia beneran ulang tahun. “Taun wingi kan yo lali ngene ya Mi 😦 “

Setahun lalu..

FMF 2018

3 Agustus 2018
Setahun lalu ada juga acara yang aku datengin sama Rimi. Folk Music Festival. Hari pertama, ada pertunjukan dari Pappermoon Puppet. Karena aku dan Rimi datengnya nggak bareng, antrian kami jadi beda. Tapi berkat teman yang baik hati, Rimi bisa nonton lebih awal dan setenda sama aku.

Entah pas apa, tiba-tiba aku inget. Hari ini kan ulang tahun Rimi. Basi banget mau ngucapin dari tadi udah barengan tapi diem aja. Tapi ya gimana, nggak enak juga kalau dikira lupa. Ya emang lupa! 😦 Tapi lupanya itu lupa kalau hari ini tuh ulang tahunnya, bukan lupa kapan ulang tahunnya. Duh gimana ya, gitulah.

Pada akhirnya ya aku ngucapin aja ke Rimi,

“Mi, ya Allah sepurane saiki la ulangtahunmu! :(“

“Hahaha gapopo, kan dikado tiket papermoon puppet maeng karo koncomu. :)”

Ya ampun temenku, makasih banyak ya kamu menyelamatkan aku hehe.

Jadi inti cerita ini adalah, dua tahun berturut-turut aku melupakan momen ulang tahun Rimi. Padahal dua tahun berturut-turut pula aku dan Rimi lagi bareng-bareng dateng ke sebuah acara. Ya lucu aja gitu, kok bisa-bisanya, kok ya pas.

“Wes talah, timbang mbok ucapno tok mending ngajaki aku metu koyok ngene dadi kan seneng. Pas iku metu nang FMF, saiki nang patjar merah.”

Rimi, di jalanan depan Stadion Gajayana Malang

Kemudian aku sadar. Semakin tua, ulang tahun itu hanyalah soal angka. Bukan lagi perkara ucapan di jam dua belas tepat atau harus selalu ada lilin yang menyala. Temanmu nggak akan sedih cuma gara-gara kamu lupa ulang tahunnya. Namun temanmu pasti sedih kalau kamu meninggalkan dia selamanya. Apalah arti satu hari dalam setahun dibandingkan hari yang sudah-sudah ataupun yang akan datang.

Mungkin aku jarang mendengarkan, tapi aku bersyukur sekali hari itu (3 Agustus 2019) gantian aku yang jadi pendengar buat Rimi. Jarang-jarang dia cerita dan kebetulan bisa secara langsung. Didengarkan adalah sebuah kebahagiaan menurutku.

Oke Mi, coba kita tunggu. Tahun depan ada acara apa lagi yang membuatku lupa momen ini hahaha. Sumpah ya, kalau bener lupa lagi nggak habis pikir aku! Kocak sih.

Terakhir walaupun basi banget gapapa lah ya Mi, biarin aku ngucapin buat formalitas haha.

“Selamat ulang tahun Rimarimi!”

Terimakasih selalu ada dan maafkan aku yang banyak nggak adanya 😦