Menolak Orde Baru: Kehilangan kewarganegaraan dan juga cinta.

Pagi ini entah kenapa muncul sebuah video tentang kota Praha di halaman youtube saya. Lebih tepatnya, video yg menceritakan kisah para eksil 1965. Saya langsung teringat akan sebuah film garapan mas Angga Dwimas Sasongko yang berjudul Surat dari Praha. Saat pertama kali tahu film itu, saya kira hanya sebuah film cinta biasa yang dibalut sedikit sejarah. Tapi ternyata film itu memang dibuat karena terinspirasi oleh apa yang dialami putra-putri terbaik bangsa saat dimulainya masa Orde Baru.

Video yang saya tonton tadi pagi, membuat saya terus ingin menyimak cerita dari para eksil yang berhasil terdokumentasikan. Tidak hanya sekali saya merinding, tapi hampir di semua kisah mereka saya pun berkaca-kaca. Betapa besar cinta mereka kepada bangsa ini. Bahkan mungkin saya belum tentu seperti itu. Mereka dikirim oleh Presiden Soekarno untuk menimba ilmu demi kemajuan bangsa. Meninggalkan tanah air di kala usia masih muda, tanpa terpikirkan kalau mereka tidak akan pernah bisa pulang sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Akibat menolak orde baru, mereka terpaksa dicabut kewarganegaraannya. Jauh dari keluarga dengan teknologi yang belum secanggih sekarang merupakan ujian tersendiri bagi para eksil 1965 di kota Praha. Belum lagi harus memikirkan bagaimana untuk bisa bertahan hidup di negara orang dengan beasiswa yang sudah tidak ditanggung pemerintah.

Kalian wajib tonton sendiri kesaksian dari para eksil 1965 yang sampai sekarang mungkin masih di kota Praha karena terlanjur berkewarganegaraan Ceko. Hati mana yang tidak terenyuh mendengar kisah mereka. Di atas kertas boleh WNA, tapi jauh di dalam diri mereka tetaplah orang Indonesia. Pada akhirnya, ini semua bukan tentang di mana kita hidup, tapi bagaimana kita hidup.

Saya pribadi ingin mengapresiasi film Surat dari Praha ini, karena berkat mas Angga Dwimas Sasongko saya jadi lebih mendalami sejarah bangsa yang mungkin menyisakan nestapa pada masanya. Film ini indah, indah dari segi cerita, dari segi lagu Almarhum Glenn Fredly yang mengiringi, dan tentunya dari segi latar belakang sejarah yang menginspirasinya. Indah dan menghangatkan hati. Dengan suasana kota Praha yang katanya romantis, mampu membius saya dan pastinya penonton yang lain untuk ikut terlibat dalam kisah percintaan di dalamnya. Fragmen-fragmen yang dikumpulkan mas Angga dari para eksil 1965 sangat menghidupkan film ini seolah kita dibuat kembali ke masa itu. Film ini memang sudah tayang sejak lima tahun lalu. Tapi tidak ada kata terlambat untuk kalian yang baru akan menonton.

Indonesia perlu banyak lagi film yang mengingatkan tentang sejarah bangsa. Atau semua akan hilang terhapus masa.

ps: Keindahan Charles Bridge sebagai salah satu landmark membuat saya langsung memasukkan kota Praha ke dalam list tempat yang harus dikunjungi.

Hidup menimbun ingatan, merayakan yang ada dengan yang tak ada.

Jaya